Menjalani
profesi sebagai seorang guru yang
mengajar disekolah”favorit” dengan segala sarana –prasarana dan input yang menunjang sehingga
menghasilkan lulusan yang memuaskan adalah hal yang biasa…Bahkan sebagaian guru
mengatakan tidak ada tantangannya karena kompetensi siswa sangat memadai untuk
menyerap pelajaran dengan mudah.
Lantas
bagaimana jika seorang guru harus bertugas didaerah yang minim fasilitas dengan
siswa yang tidak menunjang…? Atau harus
mengajar disekolah yang aspirasi masyarakat terhadap dunia pendidikan sangat
kurang..? Selanjutnya dituntut untuk menghasilkan lulusan yang bermutu…! Dan
yang ditugaskan untuk bertugas didaerah tersebut adalah para guru yang terbiasa
“establish” mengajar di sekolah
favorit yang serba memadai fasilitas dan mutu inputnya agar terjadi pemerataan
mutu layanan pendidikan.
Bisa
jadi perasaan cemas ,kecewa dan jatuh
harga diri menghimpit guru ,terbayang “penderitaan “ bekerja ditempat yang
baru. Sebagai guru profesional bertugas
di daerah yang ‘minim’ semestinya merupakan tantangan yang harus ditaklukan .
Seorang guru harus mampu membangkitkan “Adversity
-Qoestion “ (AQ) nya sesulit medan
apapun yang dihadapinya meskipun demikian tidak semua guru yang sudah
tersertifikasi profesionalitasnya memiliki kemampuan menjalani tantangan yang
hebat ini.Perilaku yang profesional dan mental yang kuat dibutuhkan untuk tugas
ini.Seandainya boleh memilih ,mungkin pilihan menolak yang bakal dipilih oleh
para guru yang sudah memiliki mental “establish” .
Dengan
demikian persoalan tantangan yang
sebenarnya adalah terletak pada orangnya
atau lebih tepat tipe orang nya.Kerananya ada guru dengan sertifikasi
profesional dan guru teladan bisa saja gagal
dan tak berprestasi saat mengalami job
rolling di daerah “minus”
segalanya.
Landasan
dasar dari keberhasilan meningkatkan
mutu layanan prima pendidikan didaerah yang dipersepsi “minus” adalah tipe dan perilaku seorang guru atau kemampuan sekolah dalam merancang
manajemen sekolah nya menyongsong masa
depannya.Fokus utamanya bukan terletak
pada sistem atau kebijakan yang berlaku
atau kelengakapan fasilitas sekolah ,melainkan kualitas dan perilaku guru
bersangkutan .Sehingga lapangan tugas apapun menjadi fun and happines bagi pelakunya.
Inilah
beberapa langkah yang patut ditubuhkembangkan guna membangkitkan keberanian
mengahadapi tantangan dan menyelesaikan kesulitan (AQ).
1.
Miliki Makna Bekerja
Memahami
tugas mengajar didaerah yang “minus” harus direspek dengan cara
berbeda.Kemampuan menjalankan tugas mengajar dengan terus memotivasi diri
dengan cara terus mendorong “kebermaknaan ‘ dalam bekerja dan meng
inteprestasikan bahwa kesulitan
sebagai tantangan yang harus
diselesaikan adalah membangun Mind Set
sukses guru profesional.
Karekteristik
seorang guru yang memiliki AQ antara
lain memili presepsi tugas adalah tantan dan ibadah,bekerja bukan hanya sekedar
mencari uang melainkan untuk pengabdian dan dedikasi. Mereka menganggap
kesulitan adalah kesenangan untuk ditudukkan dan menerima tugas dengan
keikhlasan. Kerananya menanamkan kebermaknaan dalam menjalankan tugas begi guru
sama pentingnya dengan meningkatkan kesejahteraan nya. Sehingga guru dapat
mengembangkan komptensi profesionalitasnya dimana pun mereka berada sekaligus
,akan tercipta pemerataan mutu pendidikan .
2. Komitmen Pribadi Yang Kuat.
Tantangan
dan kesulitan mememerlukan exposer sikap mental
terhadap resiko hambatan yang bakal dihadapi. Resiko bisa saja
muncul sebagai hambatan internal atau
ekseternal. Menumbuhkan keberanian guru untuk memiliki keberanian komitmen
pribadi dan rasa percaya diri ,mengambil manfaat dari setiap kesulitan akan
membuat guru bisa “berdamai” dengan medan yang bakal dihadapinya.
Sedangkan
guna menghadapi hambatan eksternal seorang guru harus terasah kompetensi
sosialnya diwujudkan dengan kemampuan
menciptakan kesamaan arah dalam satu team.,membuat sebuah team yang menuju
kearah visi membela kepentiangan dan kemajuan siswa dalam belajarnya tanpa
harus mengedepankan sectoral-ego nya.
3. Memiliki Gairah Untuk Sukses
Hambatan dan kesulitan yang dihadapi harus dapat
diformulasikan sama kuatnya dengan impian serta upaya mencapai keberhasilan.
Hal yang paling utama adalah mengubah cara pandang terhadap keberhasilan yang
mustahil atau rasa pesimis bahwa kesulitan tidak mungkin bisa diatasai ,menjadi
gairah untuk segera mewujudkan keberhasilan.
Gairan
untuk sukses ini wujud dari kompetensi profesional guru yang di wujudkan dalam komitmen personal pada
tugas yang ditanganinya.Suatu gairah sukses yang melewati batas –batas normal hal yang kita sebut “ professional mental attitude”. Hal
ini berujung pada kepercayaan bahwa
sebuah kesulitan dalam tugas belajar
mengajar adalah tantangan pribadi,sesulit apapun kendala yang dihadapi.
4.
Memanfaatkan Peluang dan Karakter
Sekolah
Bagian
tersulit yang dihapadi para guru mengajar didaerah ‘minim’ adalah hari
pertama,bulan pertama hingga tahun pertama. Inilah hari terberat seseorang
menjalani tugasnya. Menghadapi rekan kerja yang sangat skeptis ,sementara guru
bersangkutan harus mengambil keputusan secara kreatif “creative
-problem solving” adalah kesulitan yang harus dikalahkan.
Guna
mengatasi kesulitan itu inilah bebrepa tip yang semetinya dimiliki seorang guru
sebagai wujud implementasi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosialnya:
·
Menerima
kondisi “medan tempur “yang dihadapi termasuk tidak dapat ter-realisasikan
segala rencana sesuai harapan.
·
Menemukan
sumber –sumber penyelesaian “decision
making skill” masalah melalui :ide
yang jelas ,mudah dimngerti dengan tingkat bahasa yang sesuai dengan kondisi
orang sekitarnya dan percaya misi yang
diemban adalah sesuatu yang dibutuhkan mereka.
·
Mencari
momen of truth saat –saat orang yang menjadi target pelayanan pendidikan
merasakan kehadiran program yang dijalankan sebagai solusi atas permasalahan yang
dihadapinya.
·
Terus
tingkatan self confidence walau hasil
dibulan bulan pertama belum sesuai
harapan.Sekaligus kemampuan meyakinkan team dan lingkungan sekitar sebagai tantangan mencapai sukses program
pendidikan.
Diklat untuk guru patut juga
mempertimbangkan materi untuk pembentukan mental
attitude guna mengasah Adversity
Qoestion dalam rangka pemerataan
mutu pendidikan di Jatim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar