Selasa, 24 Mei 2016

Matrik Desain Pembelajaran Efektif K13 Berbasis Kepentingan Prestasi Terbaik Peserta Didik



Kank Hari Santoso,  Praktisi
, Konsultan & Motivator Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia   
 Guru hanya  memberi tugas , banyak jam kosong , kasih tugas habis perkara dan siswa diharapkan mendapatkan sendiri “jawaban “dari ilmu yang dipelajari dengan alasan metode inquiry.  Merupakan perkembangan pelaksanaan  K13 dengan dampak yang dihadapi siswa , orang tua dan persepsi masyarakat. Serta  Ujian Nasional ( Dengan Materi Ujian Kurikulum Lama )  maupun Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SBMPTN) tidak menggunakan metode K13, sehingga lebih membuat subur kepercayaan masyarakat kepada LBB untuk masa depan karir akademik anak kesayangan.

   Semestinya menjadi perhatian para pendidik untuk mendesian strategi pembelajaran yang berbasis pada kepentingan  prestasi terbaik siswa .

Berikut cara mendeteksi keterbatasan penerapan K 13 sekaligus solusinya:


 Desain Pembelajaran  Efektif K13 Berbasis Kepentingan  Prestasi Terbaik Peserta Didik
Diagnosis
Prognosis
Solusi
Indikasi Keberhasilan
Guru Terjebak Rutinitas
Perasaan bosan saat mengajar , karena profesi yang ditekuni dari tahun ketahun monoton. Enggan mengakui kesalahan diri sendiri.  
Menciptakan lingkungan kondusif disekolah, sistem motivasi berkesinambungan.
Guru menyadari perannya dalam memberdayakan siswa.
Terlalu Percaya Diri Pada Metode Pembelajajarannya yang paling benar sesuai pelatihan K 13 Tidak memperhatikan daya serap , potensi dan daya juang siswa
Pendidik sulit menerima masukan dari keluhan , keinginan siswa. Terpaku pada teori yang pembelajaran yang didapatnya (K13)  dan pembelajaran bersifat “klasikal” ( Pokoknya setiap siswa  dianggap sudah bisa dan mampu mengerjakan/melaksanakan tugasnya sendiri sendiri.   
Keberanian guru untuk out of the box dari metode dikdatik pengajaran K 13 sesuai dengan kondisi real peserta didik . Tanpa harus  kehilangan  esensi K 13 itu sendiri.  
Siswa  memiliki motivasi  belajar dan daya serap yang meningkat.
Tidak tercapainya target pencapaian hasil daya serap dan kompetensi berdalih lemahnya input
Siswa tidak diberikan ijin untuk mengkritisi guru dalam proses pembelajaran, ketabatasan kompetensi siswa dianggap tak berdaya, daya serap siswa rendah dianggap tidak pandai dan siswa tidak termotivasi dianggap malas  
Program peningkatan kapasitas  Empati guru (Kompetensi sosial , kepribadian dan pedagogik ). Program  kerja sama dengan orang tua, masyarakat dan  tokoh lingkungan membangun lingkungan dan budaya belajar di masyarakat
Siswa tidak tahu menjadi tahu, siswa tidak bisa menjadi berkompeten , siswa kurang termotivasi menjadi berprestasi dan seiswa dengan senang hati mengerjakan tugas tugas pembelajaran dengan gembira

 Selanjutnya, jika anda ingin meningkatkan kapasitas mutu kompetensi pendidik dan prestasi siswa hub: 08573064111 dengan Nara Sumber : Kank Hari Santoso 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Konsultasi Humas Pendidikan: 4 Ciri SDM Sekolah Tidak Berdaya Saing (2)

"Kank, Inovasi adalah kata kunci daya saing termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Lantas SDM seperti apa yang   t...